Kategori
Kimia

Pekerjaan Berprospek Cerah di Bidang Sains

Inilah Pekerjaan Berprospek Cerah di Bidang Sains

mempelajari pelajaran kimia 1060x702 - Pekerjaan Berprospek Cerah di Bidang Sains

Pekerjaan Berprospek Cerah di Bidang Sains – Bayangkan sebuah dunia tanpa ilmuwan. Penyakit-penyakit akan merajalela, tidak akan ada kemajuan teknologi seperti yang kita nikmati saat ini, dan lingkungan akan menjadi kacau. Mereka yang bekerja di bidang sains sangatlah penting peranannya untuk komunitas dan dunia tempat kita tinggal sekarang, karena mereka lah yang berkontribusi terhadap kenyamanan yang kita nikmati saat ini.

Kamu merasa terpanggil untuk berkarir di bidang sains? Sebelumnya ada beberapa persiapan yang perlu dilakukan. Salah satunya adalah dengan berkuliah di jurusan ilmu kehidupan atau fisika yang mempelajari tentang organisme-organisme hidup serta bidang-bidang studi seperti biologi, biokimia, mikrobiologi, zoologi dan ekologi.

Jurusan-jurusan sains menawarkan prospek kerja yang bagus setelah kelulusan apa sajakah itu..

1. AHLI BIOKIMIA ATAU BIOFISIK

Biokimia dan biofisik mempelajari proses kimia, biologi dan fisika dari organisme hidup. Untuk dapat bekerja di bidang ini, kamu perlu memiliki gelar bachelor/sarjana di bidang biokimia, biologi, kimia, atau fisika. Jika kamu ingin bekerja di bidang penelitian dan pengembangan, kamu perlu memiliki gelar doktoral/S3.

Gaji rata-rata per tahun dari seorang ahli biokimia dan biofisik adalah $82,180 sesuai dengan data dari data Biro Statistik Tenaga Kerja Amerika 2016, yang menambahkan bahwa setidaknya akan ada penambahan 3,600 lowongan pekerjaan baru di bidang ini di antara tahun 2016-2026.

2. AHLI KIMIA

Kimia mempelajari bahan kimia dan bagaimana mereka dapat dimanfaatkan untuk hidup. Kamu akan memerlukan gelar master atau Ph.D. Kimia untuk kebanyakan pekerjaan. Sebenarnya juga tersedia lowongan kerja yang hanya membutuhkan gelar sarjana, tetapi  pilihannya sangat terbatas.

Gaji rata-rata per tahun dari seorang ahli kimia adalah $73,740 di tahun 2016. Jumlah lowongan pekerjaaan diprediksikan akan meningkat sekitar 6% dari 2016 – 2026. Semakin tinggi gelar yang kamu miliki, semakin bagus prospek kerjamu.

3. KONSERVASIONIS

Konservasionis membantu tuan tanah dan pemerintah melindungi sumber daya alam seperti tanah dan air. Untuk bisa bekerja did bidang ini, kamu perlu memiliki gelar sarjana dari jurusan seperti ekologi, manajemen sumber daya alam, agrikultur, biologi atau ilmu lingkungan.

Menurut data tahun 2016, Gaji rata-rata per tahun dari seorang konservasionis adalah $61,810. Biro Statistik Tenaga Kerja Amerika memprediksikan bahwa lowongan kerja di bidang ini akan terus bertambah banyak hingga tahun 2026 seperti karir bidang sains pada umumnya.

4. ILMUWAN LINGKUNGAN

Ilmuwan Lingkungan mengidentifikasi, mengurangi dan membasmi polutan-polutan dan bahaya lainnya yang mengancam lingkungan dan kesehatan populasi. Kamu bisa mendapatkan pekerjaan tingkat pemula dengan gelar S1 jurusan ilmu lingkungan, biologi, teknik, kimia atau fisika. Jika kamu ingin posisi kerja yang lebih tinggi, kamu memerlukan gelar master.

Gaji rata-rata per tahun dari seorang ilmuwan lingkungan adalah $68,910 menurut data 2016. Perkembangan karir di lowongan ini diprediksikan lebih cepat daripada lowongan sains lainnya hingga tahun 2026.

5. ILMU LINGKUNGAN DAN TEKNISI PERLINDUNGAN

Ilmu Lingkungan dan Teknisi Perlindungan kadang disebut sebagai teknisi lingkungan. Mereka memonitor lingkungan dan menginvestigasi sumber-sumber polusi dan bekerja di bawah supervise ilmuwan lingkungan. Jika tertarik untuk berkarir di bidang ini, kamu perlu memiliki gelar associate degree (setara diploma) atau sertifikat ilmu terapan atau teknologi yang berhubungan dengan sains. Tetapi kebanyakan pekerjaan mensyaratkan gelar sarjana dari jurusan kimia atau biologi.

Menurut data tahun 2016, gaji rata-rata per tahun dari seorang teknisi lingkungan adalah $44,190. Perkembangan karir di lowongan ini diprediksikan lebih cepat daripada lowongan sains lainnya hingga tahun 2026. Hal yang sama juga berlaku untuk ilmuwan lingkungan.

 

Kategori
Sains

Ramalan Kiamat Berada di 2012

Ramalan Kiamat  Berada di 2012, – Para ahli teori konspirasi baru ini mengklaim bahwa perhitungan ulang kalender Maya menunjukkan kiamat akan terjadi pada 21 Juni 2020. Hal itu berdasarkan penanggalan kalender Julian menjelaskan Bumi saat berada di tahun 2012.

Laporan malapetaka bumi muncul setelah cuitan Paolo Tagaloguin di Twitter yang menjelaskan telah menghitung ulang tanggal berakhirnya kalender Long Count Mesoamerika.

Tagaloguin mencatat perbedaan dalam cara perhitungan kalender. Akibatnya, beberapa laporan media mengatakan tanggal sebenarnya kalender Maya berakhir adalah 21 Juni 2020, atau hari Minggu.

Paolo dalam cuitannya menyebut Jumlah hari yang hilang dalam satu tahun karena pergeseran ke Kalender Gregorian adalah 11 hari. Selama 268 tahun menggunakan Kalender Gregorian (1752-2020) dikalikan 11 hari menghasilkan 2.948 hari.

Jumlah 2.948 hari kemudian dibagi 365 hari (per tahun) menghasilkan 8 tahun. Kemudian 2020 dikurangi 8 menghasilkan 2012.

Tagaloguin menghitung berdasarkan kalender Julian. Ia mengatakan berdasarkan kalender tersebut, saat ini Bumi yang disebut menggunakan kalender Gregorian masih berada di tahun 2012, mendekati kiamat pada tanggal 21 Desember 2012.

Berbeda dari Kalender Hijriah, setahun dalam Kalender Gregorian disebut 11 hari lebih panjang dari Kalender Hijriah.

Tanggal asli kalender Long Count Mesoamerika seharusnya berakhir pada 21 Desember 2012. Pada saat itu, para pakar bangsa Maya kuno mengatakan tidak ada alasan untuk berpikir peradaban dunia akan berakhir pada titik ini.

Ahli justru mengatakan tanggal tersebut adalah itu adalah akhir dari sebuah siklus, dengan siklus awal yang baru setelah siklus lama berakhir.

“Bagi bangsa Maya kuno, itu adalah perayaan besar untuk mencapai akhir dari seluruh siklus, ” kata Direktur Eksekutif di Foundation for the Advancement of Mesoamerican Studies, Sandra Noble.

Noble justru mengatakan teori konspirasi yang mengatakan bahwa kalender meramalkan kiamat hanya sebuah buatan belaka dan digunakan banyak orang untuk monetisasi.

Graham mencontohkan tahun kabisat yang memiliki jumlah hari lebih banyak setiap empat tahun sekali.

Beberapa siklus Maya dengan satu 360 hari memang serupa dengan perhitungan hari dalam satu tahun. Serupa dengan durasi satu tahun sama dengan 360 hari.

Oleh karena itu, Graham mengatakan beberapa orang membuat kesalahan dengan berbicara tentang tahun dalam kalender Maya:

“Tetapi mereka tidak memiliki siklus bernama untuk ‘tahun’ yang setara dengan 365.25xxx hari kami. Jadi tidak akan bisa mencari tahu persamaan dengan mengasumsikan Maya menghitung ‘tahun’,” ujar Graham.

Di sisi lain, Profesor Arkeologi Mesoamerika di Institut Arkeologi UCL, Inggris, Elizabeth Graham mengatakan perhitungan ulang Tagaloguin tidak masuk akal karena bangsa Maya menghitung hari, bukan tahun, Kalender Maya mengacu pada akhir putaran atau siklus kalender utama yang disebut baktun.

“Baktun adalah 144 ribu hari. Bangsa Maya tidak menghitung dengan apa yang kita sebut sebagai ‘tahun’. Mereka hanya menggunakan hari. Jadi mereka tidak perlu khawatir tentang ‘tahun’ memiliki jumlah hari yang tidak tepat,” ujar Graham.

Begitu arkeolog tahu berapa hari yang lalu dirujuk dalam sebuah prasasti, dan ingin menemukan yang setara dalam kalender saat ini, arkeolog harus mencari tahu berapa hari sebenarnya diliputi oleh ‘tahun’ di kalender saat ini.

Kategori
Sains

Misteri Zaman Purba yang Belum Terungkapkan, Bagaimana Tanggapan Sains?

Misteri Zaman Purba

Misteri Zaman PurbaBumi sudah terbentuk sejak kisaran 4 hingga 4,6 miliar tahun yang lalu. Masa-masa setelahnya, zaman dimana Bumi masih dianggap sangat muda dan purba, ada banyak sekali kejadian yang barangkali tidak dapat dinalarkan oleh sains.

Baca juga : Gerhana Matahari Cincin Tidak Bisa saksikan di Jakarta

Jika saja ada mesin waktu, mungkin para ilmuwan dan ahli Bumi tak akan kesulitan dalam memprediksi apa yang telah terjadi di zaman purba. Namun, toh nyatanya hanya dengan jejak-jejak fosil dan karbon, sains dapat mengungkap sebagian besar dari kejadian-kejadian tersebut.

Nah, kira-kira kejadian apa saja ya yang masih menjadi misteri bagi sains hingga kini? Bagaimana tanggapan sains akan hal tersebut? Yuk, disimak!

Fase Diam Bumi

Seperti dicatat dalam laman Science Alert, Bumi pernah mengalami era atau waktu yang dinamakan Fase Diam. Para ilmuwan masih belum mengetahui dengan detail apa yang sebetulnya terjadi di masa tersebut.

Fase Diam adalah era atau fase yang terjadi di Bumi dan menjadi jeda selama 1 miliar tahun. Fase ini terjadi pada rentang 2,2 miliar tahun lalu dan berakhir sekitar 1 miliar setelahnya. Apa yang terjadi selama 1 miliar tahun tersebut? Sebuah penciptaan makhluk hidupkah?

Para ilmuwan dan ahli geologi hanya bisa memperkirakan bahwa Fase Diam merupakan kondisi di mana oksigen benar-benar melimpah di Bumi. Kala itu planet kita benar-benar dalam keadaan hening dan mungkin saja dalam era tersebut ada sebuah jawaban dari teka-teki tentang asal muasal kehidupan yang belum terungkap.

Zaman yang dinamakan Palaeoproterozoic tersebut menjadi sebuah zaman paling misterius di zaman purba. Bagi sains, ini merupakan teka-teki yang harus dipecahkan, meskipun mungkin membutuhkan waktu yang sangat lama.

Dari rentang sepanjang 1 miliar tahun tersebut, Fase Diam benar-benar terjadi pada rentang 100 hingga 200 juta tahun. Hal ini terjadi karena aktivitas vulkanik juga diam dan seolah sedang menunggu sesuatu. Apa yang terjadi sebenarnya? Entahlah. Sampai saat ini sains masih mencari jawabannya.

Dari Mana Kehidupan Biologi Berasal?

Teori evolusi memang dapat menjelaskan secara detail mengenai spesiasi dan keragaman makhluk hidup di Bumi. Namun, rupanya sains masih kesulitan menentukan dari mana datangnya kehidupan mula-mula di Bumi.

Ilmuwan memiliki jejak fosil yang menguatkan bahwa awal mula kehidupan di Bumi adalah berupa mikrob atau mikroorganisme kecil yang telah ada 500 juta hingga 2 miliar tahun lalu, seperti ditulis dalam National Geographic.

Dari mikrob tersebut, kehidupan berevolusi makin kompleks dan akhirnya muncul banyak filum dan spesies, tentunya ini terjadi dalam rentang ratusan juta hingga miliaran tahun. Namun tetap saja, dari mana mikrob tersebut bisa ada dan siapa yang memunculkan mikrob itu, sains masih kesulitan melacak jawabannya.

Bahkan, jurnal sains dalam Live Science pernah mencatat bahwa kehidupan di Bumi sudah ada pada 3 miliar tahun lalu, jauh sebelum terjadinya Fase Diam. Bukti-bukti ini ditemukan pada batuan Greenland yang diteliti oleh ilmuwan. Batuan tersebut mengandung fosil cyanobacteria, yakni sejenis mikroorganisme purba yang ada di permukaan Bumi.

Dari mana mikroorganisme tersebut bisa ada di Bumi? Tidak ada yang tahu pasti. Jika Bumi pernah mengalami tumburan dahsyat dengan batuan angkasa, mungkin saja mikroorganisme ada dari luar angkasa. Namun ini pun juga masih buram alias tidak dapat dijawab dengan pasti.

Apakah Homo Sapiens penyebab Punahnya Neanderthal?

Neanderthal adalah kerabat dekat dari manusia modern atau homo sapiens. Secara fisik, Neanderthal terlihat lebih pendek dan berkulit cerah. Bahkan, diyakini jika Neanderthal adalah genus homo yang lebih cerdas dibandingkan dengan homo sapiens purba.

Namun, mengapa Neanderthal punah? Teka-teki dan pertanyaan ini sulit untuk dijawab. Ada pada kisaran waktu 30 hingga 50 ribu tahun lalu, Neanderthal akhirnya punah karena sebab yang misterius.

Laman Nature mencatat bahwa hilangnya Neanderthal merupakan salah satu kepunahan paling menyedihkan yang pernah ada. Bahkan, kepunahan ini disebut sebagai kepunahan sejati, karena pada dasarnya mereka juga manusia–setidaknya, kerabat paling dekat dengan manusia.

Neanderthal sangat berbeda dengan genus homo lainnya, berbeda pula dengan primata pada umumnya. Dari semua jenis primata, hanya Neanderthal yang dapat dikatakan benar-benar mirip dengan manusia homo sapiens.

Mereka berbudaya, berkerabat, memiliki sistem sosial, memiliki akal budi, dan kehidupan mereka juga kompleks mirip dengan manusia modern. Jika kepunahan mereka adalah benar akibat pembantaian yang dilakukan oleh homo sapiens, ini berarti nenek moyang kita adalah generasi pembantai yang mengakibatkan kepunahan dari saudaranya sendiri.

Terkesan jahat? Ya, tentu saja. Tapi itulah kehidupan keras di zaman purba. Bahkan homo cerdas sekelas Neanderthal pun harus punah akibat kalah bersaing dengan saudaranya sendiri, homo sapiens.

Itulah beberapa kejadian atau era zaman purba yang dianggap masih misteri hingga kini. Namun, sains tetap akan mencari jawabannya secara logis berdasarkan data-data empiris. Semoga artikel ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan kamu, ya!

Kategori
Sains

Gerhana Matahari Cincin Tidak Bisa saksikan di Jakarta

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan DKI Jakarta tidak akan dilalui Gerhana Matahari Cincin (GMC). BMKG mengatakan hal itu terjadi karena nilai magnitudo GMC di Jakarta kurang dari 0.

“Sementara itu pengamat yang berada di antara garis oranye dan ungu (Peta lintasan Gerhana Matahari Cincin 21 Juni 2020 di Indonesia), yaitu di 50 kota yang tersebar di Papua, Papua Barat, dan sebagian besar Maluku tidak akan mengamati kontak akhir,” kutip BMKG.

Di sisi lainnya, BMKG mengatakan waktu kejadian gerhana di setiap lokasi akan berbeda-beda. Berdasarkan peta waktu kontak awal GMC 21 Juni 2020 di Indonesia, waktu mulai gerhana paling awal adalah di Sabang, Aceh, yang terjadi pada pukul 13.16.00,5 WIB.

“Adapun waktu Kontak Akhir paling awal akan terjadi di Tais, Bengkulu yang terjadi pada pukul 15.06.39,8 WIB dan waktu Kontak Akhir paling akhir akan terjadi di Melonguane, Sulawesi Utara, pada pukul 17.31.44,9 WITA,” kata BMKG.

Selain DKI dan Yogyakarta, BMKG menyampaikan sejumlah daerah yang tidak akan bisa menyaksikan fenomena GMC adalah dua kota di Bengkulu, tujuh kota di Lampung, sepuluh kota Jawa Tengah, tujuh kota di Jawa Timur, semua kota di Jawa Barat (terkecuali Indramayu), dan Banten.

Lebih lanjut, BMKG juga menyampaikan tujuh kota di Papua juga tidak dapat mengamati puncak dan kontak akhir GMC. Sebab, BMKG berkata matahari sudah terbenam ketika kedua fase itu terjadi.

Adapun kota yang waktu mulai gerhananya paling akhir adalah di Kepanjen, Jawa Timur, yaitu pukul 15.19.49,3 WIB.

Karena perbedaan kontak awal, BMKG menyampaikan puncak juga akan berbeda di setiap wilayah. Di Indonesia, daerah yang akan mengalami waktu saat puncak gerhana paling awal adalah kota Sabang, Aceh, yang terjadi pada pukul 14.34.52,4 WIB. Adapun kota yang akan mengalami waktu puncak paling akhir adalah Agats, Papua, yaitu pukul 17.37.26,3 WIT.

GMC Selanjutnya Tahun 2031

BMKG menyampaikan GMC yang bisa diamati di Indonesia akan berlangsung pada 21 Mei 2031. Berdasarkan pengamatan, jalur cincin GMC pada tahun tersebut melewati Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku.

“Serta GMC 14 Oktober 2042 yang jalur cincinnya melewati Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Tmur,” kata BMKG.

BMKG menjelaskan gerhana dapat diprediksi waktu dan tempat kejadiannya. Untuk memprediksi keberulangannya secara global, gerhana dikelompokkan ke dalam suatu kelompok yang disebut siklus Saros.

Gerhana-gerhana pada siklus Saros tertentu akan berulang hampir setiap 18 tahun 11 hari 8 jam. Dua gerhana berdekatan dalam satu siklus Saros yang sama, konfigurasi posisi Matahari, Bulan, dan Buminya akan hampir sama.

“Karena itu pola peta gerhana global kedua gerhana tersebut akan mirip, meskipun lokasi visibilitas gerhananya berbeda,” kata BMKG.

Meskipun peristiwa GMC di suatu lokasi dapat diprediksi dengan baik, BMKG menyampaikan peristiwa tersebut tidak berulang di lokasi tersebut dengan siklus tertentu. GMC sebelumnya yang dapat diamati di Indonesia adalah GMC 22 Agustus 1998, yang jalur cincinnya melewati Sumatera bagian Utara dan Kalimantan bagian Utara.

Selain itu, GMC 26 Januari 2009 yang jalur cincinnya melewati Sumatera bagian Selatan dan Kalimantan. Kemudian GMC 26 Desember 2019 yang jalur cincinnya melewati Sumatera bagian Utara dan Kalimantan bagian Utara.

Sebanyak dua kota di Bengkulu, tujuh kota di Lampung, sepuluh kota Jawa Tengah, tujuh kota di Jawa Timur, semua kota di Jawa Barat (kecuali Indramayu), Banten, DKI Jakarta, dan DI Yogyakarta, tak bisa menyaksikan gerhana ini.

Lebih lanjut, BMKG  menyampaikan tujuh kota di Papua juga tidak dapat mengamati puncak dan kontak akhir Gerhana Matahari mengingat matahari di kawasan itu sudah terbenam saat kedua fase itu terjadi.

“Sementara itu pengamat yang berada di antara garis oranye dan ungu, yaitu di 50 kota yang tersebar di Papua, Papua Barat, dan sebagian besar Maluku tidak akan mengamati kontak akhir,” kutip BMKG.

Di sisi lain, BMKG menyampaikan  432 pusat kota dan kabupaten di 31 provinsi akan meyaksikan Gerhana Matahari Sebagian. Hal itu terjadi karena magnitudo GMC terentang antara 0,000 di Kepanjen, Jawa Timur sampai dengan 0,522 di Melonguane, Sulawesi Utara.